Tentang jingga di angkasa dan hampa dalam kepala.


image

Lembaran senja mulai terbuka. Tapi di mana kata-kata? Di mana kumpulan aksara? Bahkan ruang imaji lengang seadanya.
Kucari aksara sampai pelosok jiwa. Memancing kata di dalam kedalaman sukma. Dan coba mencuri imaji dari semesta. Sia-sia!
Ingin kupecah kepala. Mengorek seluruh sekat di dalamnya. Mencabik otak, memutus seluruh sel yang mengikatnya. Mencari di mana ide berada.
Bahkan lembut peluk senja tak mampu buat imajiku bertahta. Aku hilang daya. Padahal pena telah bersiap memuntahkan tintanya.
Pasrah aku oleh hampa yang semakin gila. Pada teriak sepi di gendang telinga. Senja ini puisiku tak terbaca. Penaku ditinggalkan tinta.
Kini lampu-lampu jalan mulai menyala. Tandakan senja akan habis usia. Malam akan segera menjelma. Di kepalaku kosong jadi raja.

Sempat aku ingin bertanya pada semesta. Membisik pada remah jingga di cakrawala. Tak bisakah mereka berhenti bergerak sebentar saja?
Aku mau berpuisi untuk senja! Tunggulah sampai khayal-khayal kembali mengisi kepala. Jangan cepat bergegas dari mega, senja.
Bukan tentang cinta, luka, pun rindu semata. Hanya puisi biasa tanpa banyak kosa kata. Tentang jingga di angkasa, dan hampa dalam kepala.
Hanya begitu saja, senja. Maka, maukah kau menahan sejenak langkahmu untuk berlalu dari kanvas raksasa? Dengar puisiku bicara.

2 comments

  1. woooww… woow.. wow… nice blog! rangkaian katanya cantik, templatenya menarik. Kayanya harus rajin ksini nih… šŸ™‚ mau dimasukin di blogroll boleh loh mas.. šŸ™‚

Leave a reply to penulisbiasa Cancel reply